Ayo nyanyiiiii......
Apa yang paling berkesan setiap kali kita bangun di pagi hari selain cahaya matahari yang sinarnya menghangat setiap menitnya sepanjang hari? Ya, sampai sekarang aku belum menemukan alasan lain mengapa pagi itu begitu menakjubkan selain peran sang matahari sebagai aktor utamanya. Tapi nampaknya matahari pagi ini tidak mau memberi kehangatannya secara cuma-cuma. Ah, mungkin hanya perasaanku saja, karena ketika ku menengadahkan wajahku ke langit, ada sekat tebal yang menghalangi cahayanya. Segumpal awan hitam berarak tak henti-hentinya dari tadi malam, dan aku belum melihat ekornya sampai sekarang.
Hari ini saya dijutekin. Tepatnya pagi tadi saat jam kuliah kedua kosong. Entah datang dari dunia mana tiba-tiba dia muncul di belakang saya dan langsung nyerucus mampus menanyakan barang yang ia cari-cari. Halooo... saya baru saja selesai memperbaiki urat-urat leher dan tangan saya setelah dibantai habis-habisan oleh dosen, tapi dengan Keratuannya ia mencecar saya dengan pertanyaan dari mulai bla sampai bla, bla.. bla.. bla..
Beberapa saat kemudian ia menemukah barang yang ia cari. Beruntung ada seseorang yang menemukannya. Tapi ternyata masalah tidak berhenti sampai disitu. Seseorang yang menemukan barangnya itu sebenarnya hanya ingin sedikit bercanda saja dengan pura-pura tidak menemukan barangnya yang hilang itu.
Kamu…
Apa kamu tidak pernah merasa sesak dengan pertarungan ini? Keadaan dimana kita saling melempar keburukan kita masing-masing, keadaan dimana kita menganggap semuanya baik-baik saja, dan keadaan dimana kita saling berseteru dengan teori kita masing-masing. Apa kamu tidak pernah merasa sesak dengan keadaan semacam itu? Sejujurnya aku katakan, aku sangat lelah dengan semua ini, dengan pertarungan ini. Aku tidak pernah ingin menjadi pemenang. Aku tidak pernah ingin berada di puncak kegemilangan. Yang kuinginkan hanyalah menjadi seseorang yang selalu berada di dekatmu meskipun aku berdiri sebagai lawan.
Hal pertama yang saya lihat sebelum masuk ke ranah semester ke dua adalah pengumuman IP semester pertama. Saya pikir tidak ada yang spesial. Angka 3,33 semakin membuat mood masuk ke semester kedua semakin buruk. Angka itu memang baru nilai IP sementara, karena masih ada satu mata kuliah yang belum masuk. Tapi saya pikir setelah hasilnya masuk sekalipun tidak akan memberi efek terlalu mencolok. Paling paling hanya berubah beberapa angka saja di belakan koma.
Tapi, walaupun nilai IP saya masih dibilang kecil, saya harus tetap bersyukur karena memang itulah yang saya dapatkan. What you did, that's you get. Get ready to beat up 2nd semester!! ^^