Kekuatan Do’a  

Posted by: Langit Pelangi

Kekuatan Do’a

SYNDROM MALAM MINGGU  

Posted by: Langit Pelangi


Cowok : Sayang, malam ini kita mau jalan kemana?
Cewek: Mmm kemana ya, kalo kamu mau kemana?
Cowok: Aku mau ke masjid nih, mau yasinan.
Cewek: loh kok ke masjid?!
Cowok: Ia, ini kan malam jum'at!
Cewek: ?? Ini tuh malam minggu, sayaaaang...
Cowok: Ooh malam minggu.
Cewek: Ia, sekarang tuh malam minggu. Uuuh kamu gemesin banget sii, jadi pengen jorokin kamu ke jurang deh, sayang.
Cowok: *glek!*

Cowok: Terus jadinya jalan kemana?
Cewek: Nonton aja ya, sekarang kan Breaking Dawn lagi booming.
Cowok: Mmm.. Terus yasinannya kapan?
Cewek: ?? aarrggh..

Si cewek pergi dengan kesel..

Cowok: Lho, mau kemana sayang?
Cewek: Mau ke pasopati!!
Cowok: Emang di pasopati ada yang yasinan ya sayang?
Cewek: Aah! Gue mau loncat di pasopatiii!!
Cowok: Ooh.. abis loncat, kita yasinan yaah..
Cewek: (loncat beneran)

LIGHT OF SHADOW  

Posted by: Langit Pelangi


Atas nama bayangan, si Cahaya meredam jari-jarinya dari tubuh sang Bayangan. Dia melakukannya setelah berfikir keras. Keberadaannya mungkin tidak pernah diharapkan Bayangan, tapi Cahaya selalu merasa bahwa dirinya adalah Bayangan. Sang Bayangan mungkin berpikir bahwa dia ada karena adanya Cahaya, tapi sebenarnya Cahaya yang selalu berharap Bayangan itu ada. Bayangan mungkin berfikir bahwa dia selalu pergi kemanapun Cahaya melangkah, tapi sebenarnya Cahaya yang selalu mengikutinya dimanapun dia berada. Si Cahaya mencoba melawan hukum alam.

Hey, dia kan hanya bayangan?

Dia mungkin hanya sebuah Bayangan, tapi di mata Cahaya dia tidak pernah melihat perbedaan antara dia dan Bayangan. Bayangan adalah Cahaya, dan Cahaya adalah Bayangan. Keduanya selalu bersama dalam sebuah dunia yang sebenarnya biasa saja. Itulah sebabnya,setiap kali dia meredam jati dirinya, Cahaya selalu berfikir seribu kali untuk melakukannya. Dia tidak pernah berani melakukan hal itu.

dia takut...

dia takut Sang Bayangan akan meredup...

dan akhirnya menghilang...

Tapi ternyata Si Cahaya terlalu menganggap semua ini mudah. Dia terlalu congkak dengan menganggap bahwa dia adalah nyawa dari Bayangan. Dia masih sangat bodoh untuk berfikir bahwa...

Sebuah bayangan akan muncul jika ada sesuatu yang menghalangi.

Jadi, walaupun si Cahaya selalu bersinar dengan jati dirinya yang terang, sangat terang sekalipun, tetap saja... ada kemungkinan si Bayangan tidak akan muncul.

Cahaya bodoh!
Benar benar bodoh!!

TENTANG MATAHARI, TENTANG SAHABAT  

Posted by: Langit Pelangi


Kadang aku merasa matahari itu membuatku nyaman. Kadang dia juga membuatku merasa hangat. Tapi tak jarang pula dia juga membuatku terbakar dan bahkan sempat membuatku "gosong". Aku pikir itulah Matahari. Memang seperti itulah sifatnya. Dia tak pernah segan memberi kehangatannya pada orang lain, tapi terkadang dia juga menyelipkan serpihan kaca dalam sinarnya, sehingga siapapun yang merasakan sinarnya pasti juga akan merasakan ada sesuatu yang menyayat kulit mereka.

Aku menemukan sosok matahari dalam setiap orang. Hangat, terang, silau dan redup. Mereka mempunyai kadar matahari mereka masing-masing. Aku percaya mereka menyimpan matahari dalam diri mereka, termasuk dalam diriku. Tapi aku  mempunyai sedikit masalah dengannya. Aku bisa melihat dengan jelas matahari mereka, tapi aku tidak bisa melihat berapa kadar matahari dalam diriku sendiri. Hangat? Terang? Silau? atau redup? Aku tidak tahu. Dia bersembunyi di balik sesuatu yang tidak bisa kulihat dari sudut pandangku. Aku harus berjalan beberapa langkah agar sudut pandangku bergeser sehingga aku bisa melihatnya dengan jelas. Tapi anehnya si Matahari tetap tak terlihat. Dia masih terhalang oleh sesuatu yang gelap nan pekat.

Kemudian aku mencoba melangkah lebih cepat, tapi sinarnya tetap tak terlihat. Sesuatu itu begitu kuat mengalangi cahayanya. Aku mencoba berlari saja untuk mencoba mendahului gerakan si Matahari. Bisa saja dia tidak bisa mengelak. Namun ternyata gerakanku tidak segesit dan secepat gerakan si matahari. Dia bisa bergerak secepat angin, bahkan secepat cahaya. Aku hampir kelelahan dibuatnya. Semakin aku cepat berlari, dia semakin tertutup dari pandanganku. Semakin kuat aku mencoba mengibaskan tanganku untuk menyibak sesuatu yang tak ku kenal itu, semakin pekat hitamnya menyelimuti si matahari. Hey, kenapa? Kenapa sesulit ini melihat matahariku sendiri?

THE FOOLEST BOY  

Posted by: Langit Pelangi


Lagi-lagi sesuatu yang menyesakkan itu kembali hadir. Siapa sebenarnya yang mengundang kedatangannya untuk menempati dadaku? Tidak ada. Tidak ada yang mengundangnya. Lalu siapa? Apa mungkin Tuhan yang sengaja mendatangkannya? Ah, aku pikir Tuhan lebih bijaksana untuk tidak sembarangan membersitkan kesesakkan itu padaku. Dia tidak akan begitu saja menghadirkannya tanpa sebab. Sebab? Apa sebabnya Tuhan melakukan itu? Itu yang sedang aku cari tahu.

Jauh sebelum jarum jam menunjuk angka 12 di tengah malam ini, aku dalam keadaan baik-baik saja. Sejauh ini tidak ada sesuatu yang membuatku gelisah, takut atau bersedih. Ya, sejauh ini. Tapi ketika aku melewati batas waktu antara malam dengan pagi, kegelisahan itu kembali hadir dengan tiba-tiba. Entah itu disengaja atau tidak, tapi aku selalu mudah diperdaya olehnya. Oleh kebodohanku sendiri. Kegelisahanku adalah salah satu akibat dari kebodohan yang telah kulakukan. Lucu memang. Bagaimana mungkin ada orang yang selalu bisa dibodohi oleh kebodohannya sendiri dengan begitu seringnya. Bahkan aku sendiri ingin tertawa ketika mendapati kebodohanku sendiri sedang mempermainkanku. Jika adegan dimana aku melakukan kebodohan itu dijadikan sebuah acara TV show, mungkin orang-orang di luar sana akan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk tertawa. Ya, menertawakan kebodohanku. Bahkan para pengelola TV tidak akan segan menjual free ticket  untuk menonton My Foolest Show... Show ... Show!

LELAKI ITU BUKAN AKU  

Posted by: Langit Pelangi


Selama ini aku terlalu sombong menafsirkan diriku pantas untuknya. Dengan keberanian tingkat ksatria, aku berani-beraninya menjadikannya pantas untukku tanpa pernah menanyakan apakah aku pantas untuknya. Aku terlalu sombong. Ya, terlalu sombong.

24 jam yang lalu aku sudah menemukan apa yang salah denganku setelah berhari-hari aku mencarinya. Jawaban itu kutemukan lewat sebuah siluet gelap yang selalu berkelabatan menggambarkan tempatku berada di dasar lautan. Siluet lainnya muncul lebih jelas menjelma dirinya yang sedang berpangku di atas awan. Begitulah kita. Begitu jauh jarak antara aku dengannya. Terlalu mustahil mengharapkan dua tempat yang begitu berbeda melebur menjadi satu. Pungguk selamanya hanya akan merindukan bulan. Tidak akan lebih.

SAAT SAKIT, KAU AKAN MERASAKAN KEASIKKAN  

Posted by: Langit Pelangi


Tidak seperti biasanya, pagi ini saya bangun dengan segar bugar. Sakit yang sekitar lima hari terakhir ini menyekap tubuh saya perlahan-lahan berkurang. Demamnya sudah lumayan turun. Sakit kepala hebat yang biasanya menyerang saat bangkit dari tempat tidur sudah tidak terlalu terasa sekarang. Alhamdulillah, sekarang saya bisa melakukan kegiatan-kegiatan kuliah saya dengan fix, walaupun wajah pucat dan tirus masih saya temukan saat bercermin.

Sebenarnya saya lebih suka sakit saat harus kuliah, menyelesaikan tumpukan-tumpukan makalah dan mengerjakan kewajiban dalam keorganisasian atau sebuah kepanitiaan. Kenapa? Semacam barometer pekerjaan, saya umpakan sakit seperti itu. Saat sakit, saya bisa mengukur sejauh mana saya bisa melakukan pekerjaan dan tugas yang berat, dan ketika saya sudah sehat saya akan berusaha melakukan pekerjaan yang berat itu dengan lebih baik, dan hal itu bisa membuat saya lebih progresive lagi mengerjakan sesuatu, khususnya semua yang bersangkutan dengan masalah kuliah.

So, say "welcome" and "good bye" to sick.